Advertisement

Pengalaman Pake AMP di Blog WP, Alasan Mengapa Saya Berhenti

Sharing pengalaman Pake AMP di blog WordPress dengan plugin resmi AMP dan plugin AMP for WP. Akibat baik dan buruk AMP pada traffic dan earning iklan AdSense.

Yabdhi.com – Sobat Bloggers tentu sudah mengenal istilah AMP, yaitu singkatan dari “Accelerated Mobile Page“. Proyek AMP ini diinisiasi oleh Google untuk memenuhi ekspektasi pengguna internet dalam mencari informasi, akan halaman-halaman website yang terbuka sempurna dalam waktu sangat singkat ‘in a blink of an eye‘.

Untuk mengetahui apa itu AMP dan seluk-beluknya, Sobat bisa membaca di blog lain yang sudah membahasnya secara detail. Saya anggap Sobat bloggers sudah mengetahui pengertian dan fungsi AMP. Dalam artikel ini, saya ingin berbagi pengalaman menggunakan AMP selama kurang lebih setahun di blog otomotif saya.

Mengapa tergoda Mencoba AMP?

Saya mendapat rayuan berulang-ulang dari peluang peningkatan pendapatan di dashboard AdSense, yang menyarankan terus menerus agar pemilik akun AdSense menggunakan AMP. Disebutkan dalam penjelasan peluang tersebut, penghasilan akan meningkat sekitar 30% jika menggunakan AMP.

Ketika saya abaikan, rayuan itu datang lagi dalam beberapa hari kemudian. Terus demikian hingga saya penasaran untuk mencobanya.

Mencoba Plugin Resmi Google AMP

Awalnya sesuai saran dari AdSense, saya mencoba mengaktifkan plugin AMP “Official AMP Plugin“. Namun saya tidak melihat perubahan apa-apa pada blog saya, itu ternyata karena Thema WordPress yang saya gunakan belum compatible dengan AMP.

Jika saya menggunakan thema standar dari plugin, maka blog saya terlihat sangat buruk, tidak menarik dan setting-nya sangat membingungkan. Iklan tidak dapat ditampilkan dan lain sebagainya. Akhirnya hanya dalam dua hari saya langsung uninstall plugin AMP tersebut.

Tak lama setelah uninstall plugin, email saya mulai mendapatkan banyak notifikasi Error 404 ‘Page not Found‘. Hal itu terjadi karena terlanjur sudah banyak artikel saya yang terindex sebagai halaman amp. Saat ada trafik dari URL AMP, halaman tersebut sudah tidak ada karena plugin sudah di-uninstall.

Alhasil, saya kelabakan mengatasi banyaknya Error 404 dengan plugin ‘Redirection‘. Saya tidak tahu bagaimana menghilangkan index amp secara cepat di Google SERP. Traffic blog saya seketika langsung anjlok hingga pernah dalam satu hari, earning AdSense kurang dari Rp 1000. I was panic, that was a disaster.

Perlu beberapa minggu agar traffic kembali meningkat, namun ternyata itu tak bisa sepenuhnya normal seperti dulu. Traffic tetap lebih kecil dari sebelum saya mencoba AMP. Saya benar-benar merasa shock.

Dua Plugin AMP paling Populer
Dua Plugin AMP paling Populer

Belum Kapok, Masih Tergoda Rayuan AMP

Beberapa bulan kemudian, saya mendapat undangan untuk mengikuti suatu webinar khusus yang digelar oleh Google Indonesia. Webinar tersebut menjelaskan kelebihan-kelebihan dan keuntungan bagi para publisher AdSense, jika menggunakan AMP. Hal tersebut kembali menggoda saya untuk setidaknya mencoba AMP kembali.

Say berpikir, mungkin dulu kacau karena saya belum mengerti menggunakan AMP secara benar. Tidak mungkin Google seserius itu jika AMP tidak bermamfaat atau akan merugikan publisher-nya.

OK lah, saya akan mencoba lagi. Namun kali ini harus benar-benar dipelajari sebelum dimulai. Mungkin peningkatan pendapatan AdSense tidak akan didapat secara instan, tapi bertahap.

Dari hasil study membandingkan 2 plugin AMP ternama, yaitu plugin resmi “AMP” dari Google dan plugin pihak ketiga “AMP for WP” yang dibangun oleh Ahmed dan Muhammed Kaludi, pilihan saya jatuh ke plugin “AMP for WP” dengan pertimbangan bahwa saya pernah gagal dengan yang pertama, dan ada banyak review positif dari pengguna plugin milik Kaludi Brothers.

Kelebihan dari plugin AMP for WP ini cukup banyak dan user friendly. Singkat cerita, semua berjalan lancar dan saya punya dua versi dari satu blog saya, yaitu versi amp dan versi web biasa. Sehingga aktivitas mengurus blog jadi seperti memiliki 2 blog untuk 1 domain.

Pengalaman Pake AMP – Lebih Rempong

Saya menunggu-nunggu, tak sabar menyaksikan traffic blog melejit karena artikel akan menghuni banyak page-1 Google SERP, impact-nya tentu diharapkan bahwa penghasilan AdSense akan meningkat hingga 30%.

Menunggu dengan sabar seraya terus bersemangat menulis konten, saya disibukkan dengan berbagai notifikasi masalah terkait index versi amp yang sering datang dan minta diperbaiki.

Hingga tak jarang saya berkirim email ke pemilik plugin untuk berkonsultasi. Pemilik pluginnya baik sekali, ramah dan sangat membantu mengatasi masalah hingga hal-hal detail.

Tak terasa saya jadi terlalu sabar mengurus blog versi amp tersebut. Hingga saya lupa bahwa tujuan menggunakan versi amp adalah agar traffic meningkat dan terlihat di earning AdSense yang juga meningkat.

Alih-alih meningkat, traffic blog saya bahkan turun hingga sekitar 40% dibanding sebelum menggunakan amp. Sementara saya masih disibukkan dengan urusan masalah index page amp yang sering terganggu oleh perubahan update plugin penting lainnya semisal Yoast-SEO dan JetPack.

Notifikasi Kesalahan Index URL AMP yang sering Terjadi
Notifikasi Kesalahan Index URL AMP yang sering TerjadiPengalaman Pake AMP di WP

Setahun sudah saya menggunakan plugin AMP for WP. Tidak ada perbedaan yang mengindikasikan bahwa dengan menggunakan AMP, blog saya menjadi lebih baik. Sebaliknya ada terlalu banyak parameter yang hancur-hancuran dibanding sebelum menggunakan AMP.

Saya coba-coba browsing mengenai pengalaman pake AMP oleh para publisher, khususnya para blogger di luar negeri. Saya kaget, ternyata banyak blogger yang mengalami apa yang saya alami. Hingga mereka memutuskan untuk berhenti menggunakan AMP.

Memutusan untuk Berhenti Menggunakan AMP

Aseeem.. Sepertinya saya harus membuat keputusan untuk kembali berhenti menggunakan AMP, walau sudah terlalu jauh melangkah.

Setahun lebih bergelut dengan kerepotan mengurus blog AMP, berbagai dampak negatif pada kinerja blog saya alami. Untungnya ngeblog ini hanya sekedar kerjaan sampingan dari menggeluti hobi, bukan pekerjaan utama. Sehingga saya lebih santai menghadapinya.

Namun semestinya saya berfikir sebaliknya, harusnya saya lebih berorientasi untuk menyenangkan pembaca blog saya, bukan mengejar traffic dan pendapatan AdSense. Jadi mestinya saya tidak perlu risau dengan loading blog yang agak lambat, yang penting ketika sudah landing, pembaca mendapatkan informasi yang mereka perlukan.

Toh di zaman teknologi 4G dan 5G, internet makin cepat sehingga tidak seperti dulu lagi dimana kebanyakan speed internet di Indonesia menyedihkan. Artinya blog yang ngebut tapi miskin fitur dan terlihat compang-camping juga bukanlah hal bagus bagi pengunjung.

The Pains of Using AMP – Alasan Mengapa Saya Berhenti

Beberapa penderitaan dan luka berdarah-darah saya alami selama menggunakan AMP, antara lain sebagai berikut:

Bounce Rate Meroket

Rasio pantulan, atau persentase pengunjung yang langsung keluar setelah mengunjungi landing page meningkat tajam hingga di angka 95%. Ini merusak reputasi blog di Google Analytics dan Alexa Rank secara parah.

Dari hasil baca-baca blog luar negeri, ternyata hal tersebut diakibatkan landing page dari hasil pencarian tidak dihitung sebagai traffic di blog kita, karena traffic itu terjadi di Chache server Google. Ketika user mengklik link dari halaman chache tersebut, barulah dihitung sebagai landing page ke blog kita.

Selain itu, versi AMP dan non-AMP adalah entity yang berbeda, jadi ketika pengunjung mengklik link ke halaman non-AMP dari halaman AMP, itu akan dihitung keluar dari blog, sehingga akan dinilai sebagai Bouce Rate. So, otomatis semua klik kedua setelah landing page akan bernilai Bouce Rate. That is terrible, isn’t it??

Alexa Rank Menggemuk

Dari angka Alexa di bawah sejuta, yaitu sekitar 500.000an, sejak menggunakan AMP, score Alexa blog saya hampir menyentuh 2 juta, dan saat artikel ini saya tulis sekarat di angka 1,6 jutaan. Ini menyedihkan! Angka ini merusak reputasi blog bagi client yang ingin menitip Sponsored Article.

Page Speed Ngebut cuma Ilusi

Ketika dicek dengan Google Developer, speed memang mendapat score hijau untuk versi amp, namun pada kenyataannya saat kita coba URL amp dari smartphone sebagai kunjungan pertama, loadingnya sangat lama, bahkan seperti berhenti hingga belasan detik.

Loading yang super cepat hanya terjadi untuk halaman amp yang sudah tersimpan di Chache server Google, artinya saat diklik dari hasil pencarian google saja. Ketika user mengklik link amp pada landing page, maka loadingnya lama sekali hingga seperti akan gagal.

Kinerja di Mesin Pencari Tidak Benar-benar Membaik

Saya tidak mendapati perbedaan signifikan mengenai kinerja artikel di halaman pencarian antara sebelum dan setelah menggunakan AMP. Artinya artikel-artikel yang menduduki peringkat baik di versi AMP, adalah artikel-artikel yang dulunya juga baik di versi non-AMP.

Setelah saya copot versi AMP, artikel non-AMP tetap menduduki peringkat-1 dengan keywords yang sama di halaman hasil pencarian Google. Jadi AMP tidak begitu istimewa dalam mendongkrak kinerja di SERP untuk blog saya.

Iklan Otomatis AdSense tidak berfungsi maksimal di AMP

Hal buruk pertama terkait iklan adalah bahwa iklan otomatis AdSense seperti vignette tidak bisa tampil di versi AMP. Iklan otomatis yang tampil hanyalah iklan display biasa.

Padahal iklan tersebut merupakan salah satu sumber besar untuk earning, pengalaman saya hingga 20% dari total earning AdSense adalah dari iklan otomatis. Artinya saya sudah kehilangan sekitar 20% penghasilan di versi AMP.

Rasio Klik Iklan Terjun Bebas

Rasio kunjungan blog terhadap klik iklan menurun drastis hingga 50% atau lebih. Jika sebelumnya rata-rata 1 klik iklan tiap 100 kunjungan, setelah menggunakan AMP rasionya jadi 200 – 300 kunjungan per klik iklan.

Saya baca dari pengalaman blogger luar negeri, hal itu terjadi karena halaman AMP tidak memprioritaskan untuk menampilkan iklan, tapi lebih ke content text, sehingga iklan muncul belakangan. Alhasil, banyak iklan yang tidak berhasil tampil hingga pengunjung pindah ke halaman lain atau meninggalkan blog.

Peningkatan Earning AdSense seperti Janji PHP

Dari dua masalah di atas, yaitu iklan otomatis yang tidak tampil dan rasio klik iklan yang turun drastis, maka tentu efeknya adalah menurunnya pendapatan iklan AdSense.

Ini adalah penderitaan paling menyakitkan, karena earning blog turun hingga kurang dari 50% dari kondisi sebelum menggunakan AMP. Jadi, janji akan ada peningkatan earning itu seperti janji Pemberi Harapan Palsu (PHP).

Ribet Nambah Kerjaan

Memiliki versi amp membuat saya harus mengurus dua blog untuk satu domain. Sehingga semua hal harus diduplikat, seperti Google Analytics, Search Console, Customisasi Thema, dan lain sebagainya.

Ditambah lagi banyaknya konflik antara plugin AMP vs plugin penting lainnya, yang paling sering terjadi adalah dengan plugin Yoast-SEO dan JetPack, yang mengakibatkan index halaman AMP timbul tenggelam. Hal-hal tersebut menyita waktu berharga untuk membangun konten yang berkualitas.

Keuntungan Pake AMP

Tidak semuanya buruk, ada beberapa hal yang saya rasakan cukup positif dari menggunakan AMP. Hanya saja hal positif tersebut tidak begitu menguntungkan secara finansial dan reputasi blog. Berikut daftarnya:

Hemat Bandwidth – Dulu sering blog saya crash saat traffic sangat tinggi. Dengan banyaknya artikel versi amp tampil dari hasil pencarian yang ditampung oleh server Google, blog saya lebih bisa bertahan saat pengunjung di waktu yang sama menunjukkan angka hingga 250an orang.

Ngebut di Landing Page – Kecepatan loading jika link URL diklik dari hasil pencarian Google luar biasa cepat walau artikelnya super panjang. Hanya saja, saat akan beralih ke halaman lain, itu seperti membeku.

Menambah PengetahuanSeeing is believing, Tasting is Trusting. Mungkin itu istilah yang cocok untuk pengalaman menggunakan AMP di blog WordPress ini. Untuk blog saya, mungkin AMP tidak cocok dan bahkan berdampak negatif, sehingga menjadi pelajaran berharga mahal (karena banyak mengurangi earning).

Baca juga: Saran Thema WP Cantik dan Bebas Credit Link

Kesimpulan dari Pengalaman Pake AMP

Itulah sekelumit cerita mengenai pengalaman pake AMP di blog WordPress saya. Saya melihat hampir semua media mainstream sekarang menggunakan AMP dan di hasil pencarian dengan perangkat Mobile, di halaman pertama hampir semua berlogo petir, yang artinya adalah halaman AMP.

Artinya untuk website besar dan bertrafik tinggi, mungkin AMP akan memberikan efek sangat positif dalam segala hal. Apalagi media punya resources besar dalam hal tenaga ahli dan biaya untuk menggunakan berbagai jasa berbayar terkait AMP, sehingga mungkin tetap bisa lebih baik.

Untuk blog yang berfokus pada artikel-artikel informatif yang panjang sepertinya amp tidak memberi efek yang luar biasa. Sehingga jika tidak punya resources tenaga ahli yang mumpuni, sepertinya AMP belum diperlukan.

Saya lihat banyak blogger besar dan website besar yang tidak tertarik menggunakan AMP, namun mereka masih menguasai niche mereka di SERP. Antara lain para blogger otomotif seperti IwanBanaran, KobaYogas, TMCBlog, AutonetMagz dan lain sebagainya.

Jika Sobat pembaca artikel ini masih menimbang-nimbang apakah akan menggunakan AMP atau tidak. Sebaiknya cari lebih banyak informasi, khususnya dari pengalaman pengguna lainnya, mungkin ada yang mengalami impresi positif, sebaliknya dari pengalaman saya.

Demikian, semoga artikel ini bermamfaat bagi Sobat Bloggers.

Posting Komentar

0 Komentar